بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Senin, 17 Desember 2012

Menyikapi Bermacam Macam Akidah

Menyikapi Bermacam Macam Akidah

 
Menyikapi Bermacam Macam Akidah
Tanya:
Salam sejahtera kami sampaikan. Dalam kesempatan ini saya ingin bertanya terkait akidah. Dulu saya kira dalam khazanah Islam yang terdapat perbedaan pendapat hanyalah fiqh (madzâhi alarba'ah), ternyata dalam kajian akidah atau tauhid juga ada. Di antaranya madzhab ibnu Hazm, Ibnu Taymiyyah, Abdul Wahab, dll. Kitab-kitab akidah pun bermacam-macam, ada Kifâyah al-'awwâm, Aqîdah al-Thahâwiyyah, al-Sanûsî, Umm al-Barâhîn, dll. Kalau ingin belajar, saya jadi bingung mana yang harus
dipilih? Mungkin Prof bisa menjelaskan secara rinci? Syukron Katsiron

M. Tolib (Jawa Timur)

Jawab:
Perbedaan dalam suatu agama merupakan keniscayaan dan wajar, menimpa bukan hanya pada agama Islam, namun juga pada semua agama di dunia. Hal ini mengingat, bahwa perbedaan tersebut bukan terjadi pada akurasi teks-teks kitab suci al-Qur'an
ataupun Hadits-hadits Shahih Mutawâtir (berbeda dengan agama agama selain Islam, dimana akurasi keaslian teks-teks kitab sucinya masih diperdebatkan, sehingga menimbulkan perbedaan yang jauh lebih banyak dan membingungkan) karena kebenarannya
diyakini oleh semua umat Islam dalam aliran apapun sebagai “absolut”, mengingat metode tranformasinya dilakukan secara bergelombang antar generasi oleh sejumlah banyak orang yang secara kuantitatif dan kualitatif tidak mungkin bersepakat untuk berdusta menghinati Allah Swt dan Rasul-Nya.

Jika dicermati, maka tampak dengan jelas bahwa perbedaan-perbedaan tersebut berkisar pada tataran pemahaman terhadap teks-teks dari kitab suci sesuai dengan perbedaan interpretasi masing-masing yang memang diperkenankan oleh Islam Interpretasi ini yang kemudian lebih dikenal dengan Ijtihad sebenarnya merupakan hasil kreasi pemikiran dari masing-masing tokoh yang populer dengan sebutan Ulama dalam menyikapi teks-teks suci tersebut. Karena merupakan kreasi pemikiran, maka hasilnyapun berbeda-beda sesuai dengan perbedaan masing-masing akibat adanya perbedaan berbagai faktor yang melatar-belakangi dan
melingkupinya; waktu, tempat, keahlian, situasi dan kondisi. Semua itu terkadang sangat berpengaruh terhadap pengambilan konklusi dari suatu pemikiran tertentu.

Di samping itu, keberadaan Hadits-hadits yang berstatus Ahad yang ternyata lebih banyak jumlahnya dibandingkan yang Mutawâtir, telah memberi andil sangat besar bagi timbulnya aneka perbedaan pendapat dan konklusinya. Hal ini antara lain dipicu oleh aneka penerimaan terhadap Hadits-hadits tersebut yang kebenaran dan akurasi datanya hanya bersifat Dzannî (relatif) dan tidak Qat'î (absolut), sehingga ada yang mau menerimanya sebagai dasar argumen, namun juga ada yang menolaknya.

Namun demikian, karena sangat dianjurkan oleh Islam dengan memberinya 2 (dua) pahala jika benar, dan tetap memberinya pahala walau hanya 1 (satu) seandainya salah, maka dinamika Ijtihad kemudian berkembang pesat terutama pada abad-abad
pertama sampai ke empat dari awal kemunculan Islam di dunia ini. Dengan aneka kreasi pemikiran oleh adanya aneka faktor yang mempengaruhinya tersebut, maka bermunculanlah aneka aliran dan madzhab dengan aneka disiplin ilmu yang berbeda-beda pula; fiqhi, kalam, tasawwuf dan sebagainya sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan yang dominan di masing-masing tempat dan masa.

Dengan demikian, keberadaan aneka akidah yang merupakan bagian dari aneka problematika dalam ilmu Kalâm yang sangat luas sehingga memunculkan aneka kitab-kitab sebagai referensi pembahasan, sebenarnya tidak perlu sampai memuat bingung untuk memilih yang mana yang harus dipelajari, karena semuanya kembali kepada kecenderungannya selama ini, disamping kebutuhan dan tujuan akhir dari pembelajarannya yang masing-masing orang mungkin berbeda-beda. Jika memang memungkinkan sesuai
dengan kemampuannya, baik dari segi keahlian, waktu dan lainnya, maka sebaiknya pelajari saja semua kitab referensi yang ada tanpa harus membeda-bedakan, karena kesemuanya itu merupakan khazanah Islam produk pemikiran dari berbagai kalangan Ulama dengan spesifikasi khusus (dengan persyaratan yang sangat ketat terutama di bidang keilmuan dan moral sehingga tidak memungkinkan sembarang orang bisa dikategorikan ke dalam pengertiannya). Semakin banyak membaca, akan semakin memungkinkannya untuk menjadikannya sebagai Ulama yang berwawasan luas dan mumpuni dalam memecahkan berbagai problematika yang semakin lama pasti akan semakin beragam sesuai dengan keragaman dinamika masyarakat dan pemahaman keagamaanya. Selamat membaca… semoga sukses…!

Prof. Dr. H. M. Djamaluddin Miri, MA (Mudir Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar